Andy Rahman: Menggali ciri khas karya Arsitektur Nusantara dan Ketukangan dalam Berkarya

 

TUGAS ARTIKEL METODE KRITIK DESKRIPTIF

Andy Rahman: Menggali ciri khas karya Arsitektur Nusantara dan Ketukangan dalam Berkarya

 

PENDAHULUAN

Material merupakan elemen yang cukup penting pada sebuah bangunan. Setiap material memiliki karakteristik tertentu dan akan menciptakan ekspresi yang berbeda pada aplikasinya. Pemilihan material pun dapat menjadi sebuah ciri khas bagi seorang arsitek, tidak terkecuali Andy Rahman. Andy Rahman memiliki fokus dalam mengolah material, sehingga sebuah karya arsitektur dapat diapresiasi layaknya sebuah karya sastra ditinjau dari bagaimana perlakuan seorang arsitek terhadap material.

Secara umum, pemikiran seperti ini mengingatkan penulis pada salah satu pemikir tentang desain, Anthony C. Antoniades. Melalui pemikiran Antoniades tentang desain dalam bukunya Poetics of Architecture: Theory of Design, dilakukan analisis terhadap karya Andy Rahman untuk menemukan karakter rancangannya, latar belakang materialitas pada setiap karyanya, dan kedekatannya dengan material bata khususnya. Teori ini telah digunakan oleh Saputra dkk. (2017:131-136) dalam menemukan poin-poin pemikiran desain arsitek Budi Pradono, Lina dkk. (2018:93-98) dalam menemukan karakter dari arsitek Eko Prawoto, dan Dzauqiah dkk. (2018:123-128) dalam menganalisis rancangan Glenn Murcutt.

Artikel ini ditulis dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder didapatkan dari literatur dan berbagai media informasi. Proyek yang akan dianalisis adalah Rumah Kost Keputih Jilid 2, Masjid Jami Nurul Amal Bekasi, dan Omah Boto Sidoarjo.

TEORI

·     Tinjauan Poetics of Architecture: Theory of Design

Poetics of Architecture: Theory of Design secara umum menjelaskan sumber kreativitas dari seorang arsitek. Arsitektur dianggap sebagai objek puitis yang dapat dipelajari layaknya sebuah karya seni. Pada buku tersebut Antoniades membagi channels of creativity ke dalam dua bagian, yaitu intangible channels dan tangible channels. Intangible channels dapat diidentifikasi melalui perasaan dan penghayatan arsitek dalam merancang meliputi saluran kreativitas yang tak terlihat yaitu fantasy and imagination, metaphor, paradox and metaphysics, channel of transformation, obscure, poetry and literature, dan exotic and multiculturalism. Sedangkan tangible channels meliputi saluran kreativitas yang terlihat yaitu historicism and proxemics, mimesis, geometry, material, dan nature sehingga proses kreativitas dapat dirasakan secara langsung dengan pengamatan fisik rancangan.

Dalam tulisan ini, analisis difokuskan pada kanal kreativitas baik yang terlihat maupun tak terlihat. Proses tak terlihat (intangible channels) yang digunakan untuk mengungkap karkater Andy Rahman yaitu:

1.     Fantasy and imagination : Fantasi dan imajinasi merupakan dua hal yang cukup berbeda namun terlihat samar. Fantasi merupakan kemampuan seseorang dalam memikirkan sesuatu yang belum pernah ada atau mustahil terjadi di kenyataan. Sedangkan imajinasi merupakan kemampuan seseorang dalam membayangkan sesuatu yang sudah pernah ada dan dapat terjadi di kehidupan.

2.     Metaphor : Merupakan kanal kreatif yang bersumber dari sebuah objek, kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk desain. Objek yang ditransformasikan dapat berupa suatu benda atau bahkan sebuah konsep pemikiran.

3.     Exotic and multiculturalism: Arsitektur sangat lekat pada tradisi setempat. Cara individu maupun kelompok dalam mengolah huniannya berdasarkan berbagai faktor baik alam maupun sosial disekitarnya pun berbeda-beda. Aspek ini menitikberatkan pada penanaman nilai-nilai fundamental keseharian dan tradisi dari masyarakat setempat yang diwujudkan dalam bentuk rancangan.

4.     Poetry and literature: Inspirasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam proses perancangan. Pada aspek ini, sumber kreatifitas berasal dari sebuah literatur atau sebuah objek dan dijadikan sebuah acuan dalam proses perancangan.

 

Sementara itu, pada kanal kreativitas yang terlihat (tangible channels), digunakan pendekatan pada proses kreativitas:

 

1.     Material : Pendekatan dilakukan pada cara seorang perancang memperlakukan material sehingga memunculkan karakter material tersebut dan keharmonisan antara material penyusun sebuah bangunan. Material sangat erat kaitannya dengan tektonika, yaitu kejujuran dalam mengolah material sehingga dapat menciptakan keindahan baik secara arsitektural maupun struktural.

2.     Geometry : Penggunaan teori dan aturan perhitungan yang mempengaruhi bentuk visual yang tercipta dari rancangan.

3.     Nature : Sebuah perwujudan rancangan sebagai respon dari aspek lingkungan yang menaunginya, baik aspek fisik maupun aspek sosial. Aspek ini memfokuskan pada seberapa jauh bangunan dapat berdampak bagi lingkungan alam maupun sosial disekitarnya.

Profil Andy Rahman

Andy Rahman adalah arsitek yang berasal dari Jawa Timur, Indonesia. Pada tahun 2006 ia mulai merintis biro arsiteknya yang bernama Andy Rahman Architect hingga saat ini. Beberapa penghargaan didapatkan oleh Andy Rahman melalui karya-karyanya. Penghargaan tersebut yaitu Architizer A+ Award pada tahun 2012 kategori Private House, World Architecture Festival di Berlin tahun 2016, serta menjadi finalis Archdaily’s Building of The Year kategori Office dan Private House.

Dalam karya-karyanya, Andy Rahman banyak menggunakan material seperti beton, bambu, besi, dan bata. Pada awal kiprahnya di dunia arsitektur, karakter dari material-material tersebut belum terlihat pada rancangannya. Seiring dengan berbagai proses yang dilaluinya, materialitas pada bangunan semakin terlihat pada karyanya. Ia berusaha untuk menangkap energi dan rasa dalam mengolah setiap material hingga memunculkan karakter pada material itu sendiri. Salah satu material yang dieksplorasi oleh Andy Rahman adalah bata. Ia menemukan bahwa bata memiliki karakteristik yang menarik dan memiliki potensi untuk dikembangkan pada arsitektur kontemporer. Selain itu, latar belakang sejarah Nusantara khususnya Jawa Timur dalam ketukangan bata semakin mendorongnya untuk mendalami material bata.

Andy Rahman tidak hanya memaknai arsitektur sebagai bidang profesi, melainkan “Arsitektur sebagai jalan untuk kembali”. Kalimat tersebut dimaknai dalam setiap langkah yang diambilnya. Secara spiritual, “Arsitektur sebagai jalan untuk kembali” dapat diartikan sebagai proses kembali ke jalan hidup, kembali kepada Sang Pencipta. Secara arsitektural, kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa karya arsitektur akan selalu mencari sumbernya, ke ranah-ranah yang telah dilalui dimasa lalu dan menggalinya kembali untuk mengetahui esensinya dan dapat diwujudkan dimasa kini.

Perjuangannya dalam mengkinikan arsitektur Nusantara telah menghasilkan berbagai karya yang dilatar belakangi oleh keragaman dan kekayaan arsitektur Nusantara. Karya arsitektur dikemas cukup baik dalam balutan kekinian tanpa meninggalkan nilai-nilai arsitektur Nusantara. Ketukangan menjadi penting dalam setiap karya Andy Rahman, sebab menurutnya tukang merupakan pekerja yang memiliki peran aktif. Jika menilik pada peradaban arsitektur tradisional, ketukangan memang suatu unsur yang sangat penting dalam proses pembangunan. Menurutnya, kekreatifan dari tukang dibutuhkan untuk mendapatkan cara yang paling mudah, sederhana, dan murah untuk mengkonstruksi sebuah bangunan. Sehingga kolaborasi antara arsitek dan tukang dapat menghasilkan sebuah produk desain yang cukup menarik dan memiliki nilai lebih

METODE

Penulisan artikel ini mencoba menjawab pertanyaan bagaimana sebenarnya esensi seorang Andy Rahman ini dalam menciptakan karya-karyanya? Bagaimana ia mengembangkan kreativitas desainnya? Bagaimana aspek-aspek material berperan dalam karya-karyanya?

Untuk menjawabnya, penulis akan menganalisis beberapa karya Andy Rahman yang didapatkan dari studi literatur.

PEMBAHASAN

1.   Rumah Kost Keputih Jilid 2


Gambar 1 Ruang komunal pada Rumah Kost Keputih Jilid 2 (Sumber: andy rahman architect. com) 

Rumah Kost Keputih Jilid 2 merupakan proyek Andy Rahman yang terletak di Keputih, Surabaya. Bangunan ini dirancang dengan biaya rendah namun menghasilkan banyak manfaat bagi penghuni dan pemilik indekos (less budget but more benefit). Dalam proses perancangan, arsitek sangat memperhatikan aspek kenyamanan, kesehatan, dan sosial dari pengguna. Andy Rahman merancang bangunan dengan tampilan unfinished untuk menjawab isu bangunan low budget dan low maintenance dari klien.

Gedheg (dinding anyaman bambu) merupakan ide utama bangunan. Gedheg ditransformasikan menjadi lebih kekinian dengan material beton dan terbentuklah perwujudan roster sebagai material yang mendominasi dengan lubang-lubang yang disusun acak. Susunan roster tersebut selain dapat menjadi partisi antar ruangan, juga dapat mengalirkan udara dan meneruskan cahaya ke dalam bangunan. Penggunaan bata exposed pada ruang komunal menjadi penyeimbang dominasi roster yang memiliki warna abu-abu dan memberikan kesan hangat pada ruangan.

Eksplorasi kenusantaraan baik yang bersifat tak terlihat (intangible) dan terlihat (tangible) mulai dikembangkan secara lebih masif pada proyek ini. Aspek yang bersifat tangible merupakan ketukangan beton yang memunculkan dinding berongga berupa roster sebagai hasil transformasi dari gedheg. Sedangkan aspek yang bersifat intangible diwujudkan dengan merancang ruang komunal sebagai pusat aktivitas. Ruang komunal diciptakan sebagai perwujudan nilai arsitektur Nusantara yang memiliki ruang-ruang bersama untuk menumbuhkan empati, rasa kemanusiaan, jiwa sosial, dan gotong-royong antara penghuni indekos tersebut. Ruang komunal yang diletakkan di tengah bangunan merupakan area penyeimbang pada bangunan dalam konteks kamar merupakan area individual sedangkan ruang komunal merupakan area bersama (sosial). Selain itu, ruang komunal merupakan area yang terbuka sehingga dapat menjadi tempat sirkulasi udara dan cahaya serta sebagai penghubung antara lantai pada bangunan. 

2.   Masjid Jami Nurul Amal Bekasi


Gambar 2 . Eksterior Masjid Jami Nurul Amal Bekasi (Sumber: andyrahmanarchitect.com)

Masjid ini terletak di Kampung Bulakjaya, Kelurahan Pantai Harapan, Bekasi. Masjid ini berada di posisi yang strategis dan cukup unik karena terletak didekat sungai yang cukup lebar dan perkampungan warga yang bermata pencaharian bertani, beternak, dan mencari ikan. Namun pada musim hujan, tempat ini dapat dilanda banjir setinggi 2 meter, sehingga bangunan dibuat panggung agar saat terjadi genangan banjir, masjid tetap bisa digunakan oleh warga. Tempat ini memiliki potensi yang dapat diberdayakan, yaitu ketersediaan kerajinan anyaman bambu yang dihasilkan oleh warga setempat.

Anyaman menjadi salah satu elemen yang cukup menonjol pada masjid tersebut. Penggunaan anyaman menjadi penghubung antara masyarakat dengan prosesi pembangunan masjid. Selain itu, hal ini dapat menjadi wadah pemberdayaan masyarakat sekitar secara berkelanjutan karena elemen anyaman tersebut harus diganti secara berkala. Menurut Andy Rahman, anyaman dapat ditafsirkan sebagai metafora menganyam ruang dan waktu, merajut hubungan antara manusia dengan manusia, juga merajut hubungan antara manusia dengan pencipta sesuai dengan fungsi yang terdapat di dalam masjid.

Unsur simbol islami turut diterapkan dalam rancangan. Menara masjid setinggi 17 meter diambil dari jumlah rakaat salat wajib sehari. Selain itu, tiang lampu di plaza masjid juga berjumlah 17, sedangkan jumlah lampu di ruangan utama berjumlah 99 yang melambangkan Asmaul Husna. Terdapat 27 batang bambu pada bukaan ruang melambangkan keutamaan salat berjamaah. Bangunan memiliki orientasi utama arah kiblat dan tidak memiliki kolom di area utama agar aktifitas jamaah tidak terganggu dan dapat menciptakan shaf yang rapat dan lurus. Secara keseluruhan masjid ini menerapkan aspek-aspek penting seperti hemat energi, berkelanjutan, berkarakter lokal, dan berorientasi kepada alam

3.   Omah Boto Sidoarjo

Dalam bahasa Jawa, “Omah Boto” berarti “Rumah Bata”. Sesuai dengan namanya, pada Omah Boto bata dijadikan sebagai inti (DNA) dari sebuah bangunan. Sistem pengukuran pada rumah ini berorientasi pada bata baik tinggi kusen, lebar pintu, dan lebar jendela semuanya didasarkan pada ukuran bata. Sehingga eksplorasi bata dapat dilakukan secara maksimal dan konsisten pada rumah tersebut. Penggunaan bata sebagai metrik utama merupakan pengkinian dari sistem pengukuran tradisional yang menggunakan bagian tubuh sebagai standar ukur, khususnya pada arsitektur Jawa (petungan) dan arsitektur Bali (pengurip).


Gambar 3 . Omah Boto Sidoarjo (Sumber: archdaily.com) 

Omah boto merupakan karya Andy Rahman yang paling dominan menggunakan material bata hingga saat ini. Bata dieksplorasi lebih dalam pada setiap elemen Omah Boto. Pada umumnya bata digunakan sebagai dinding, tetapi pada rumah ini bata dijadikan sebagai lantai dan plafon. Terdapat 13 pola penataan bata yang digunakan pada bangunan ini. Masing-masing pola didapatkan dari berbagai eksperimen dan terinspirasi dari berbagai tradisi lokal. Omah boto merupakan karya arsitektural yang cukup kolaboratif antara arsitek, klien, dan tukang, sehingga tercipta rumah yang membentuk kesatuan antara wadah dengan isinya. Omah boto mengambil ide dari konfigurasi horizontal pada rumah Jawa yang memiliki 3 bagian utama pada rumah, yaitu area publik (pendhapa), area transisi (pringgitan), dan area privat (dalem). Susunan tersebut dimodifikasi menjadi vertikal pada Omah Boto dengan lantai satu sebagai area publik, lantai dua sebagai area transisi, dan lantai tiga sebagai area privat.

Andy Rahman, Arsitektur Nusantara, dan Ketukangan

Berdasarkan analisis terhadap 3 karya Andy Rahman tersebut, dapat dikatakan bahwa pada desainnya cenderung menerapkan nilai-nilai kenusantaraan dan memiliki kekuatan pada material yang dilatarbelakangi oleh prinsip ketukangan didalamnya. Selain itu, bangunan tersebut memiliki geometri yang cukup sederhana. Beberapa simbol juga turut ia terapkan khususnya pada masjid Jami Nurul Amal Bekasi. Pada Masjid tersebut, ia mengandaikan bahwa anyaman merupakan simbolisasi hubungan antara manusia dengan manusia dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Selain itu, unsur simbolik islam juga cukup kuat pada bangunan ini.

Pendekatan arsitektur Nusantara cukup terlihat pada 3 karya tersebut. Penanaman nilai-nilai sosial, gotong-royong, dan kebersamaan diwujudkan dengan menciptakan ruang komunal pada indekos untuk memunculkan sisi humanis pada bangunan. Selain hal tersebut, pemberdayaan masyarakat setempat dimaksimalkan dengan berbagai langkah yang diambilnya pada proyek Masjid Jami Nurul Amal Bekasi. Ia memberdayakan masyarakat dengan menggunakan material kerajinan lokal, tentunya hal ini merupakan perwujudan dari nilai arsitektur Nusantara yang melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam prosesnya. Selain itu pada Omah Boto, konfigurasi rumah Jawa dimodifikasi oleh Andy Rahman sehingga semakin memperkuat pengaruh tradisi pada karyanya.

Andy Rahman membuat bata menjadi inti dari keseluruhan bangunan pada Omah boto. Melalui hal tersebut terlihat bahwa bata merupakan objek material utama yang mempengaruhi rancangannya karena bata digunakan sebagai metrik utama pengukuran bangunan tersebut. Bata dipilih sebagai material utama karena selain dapat memunculkan kesan tradisional, bata juga berpotensi untuk dikembangkan pada arsitektur kontemporer. Latar belakang sejarah ketukangan bata di Nusantara juga memperkuat Andy Rahman untuk semakin mengeksplorasi bata dan menerapkannya dimasa kini. Ia mencoba menggali esensi dari perkembangan ketukangan bata di masa lalu dan menghadirkannya pada Omah Boto.

Pada karya-karya yang dianalisis, terlihat geometri yang digunakan cukup sederhana. Geometri tersebut menciptakan kesan visual bangunan yang lebih kontemporer dan mudah diingat. Hal tersebut sejalan dengan pemikirannya untuk mengkinikan arsitektur Nusantara. Ketukangan terlihat pada 3 karya tersebut yaitu dengan memberikan porsi yang cukup penting pada pembuatan material oleh tukang. Pada Rumah Kos Keputih Jilid 2, ia melibatkan ketukangan untuk membuat roster secara custom. Selain itu, ia turut melibatkan pengrajin lokal untuk membuat anyaman sebagai elemen utama pada facade Masjid Jami Nurul Iman Bekasi. Unsur kolaborasi dengan ketukangan semakin terlihat pada Omah Boto. Kolaborasi antara ketukangan bata, ketukangan kayu, ketukangan besi, arsitek maupun klien dirangkai sangat rapih hingga menghasilkan sebuah karya yang harmonis dan menyenangkan seluruh pihak, sehingga terjadi keterikatan antara fisik bangunan dengan jiwa yang menghuninya.


KESIMPULAN

Berdasarkan analisis, mengkinikan arsitektur Nusantara merupakan karakter yang cukup melekat pada Andy Rahman. Karakter tersebut diperkuat dengan berbagai rancangannya yang memiliki nilai-nilai, filosofi, dan makna yang tidak terlepas dari arsitektur Nusantara. Geometri yang digunakan pada karyanya cukup sederhana sehingga memperkuat kesan visual kontemporer dan kekinian.

Ketukangan dengan arsitektur merupakan sesuatu yang sangat dekat bagi Andy Rahman, kedekatan tersebut merupakan cerminan arsitektur Nusantara yang berawal dari ketukangan. Dengan demikian, akan tercipta kolaborasi antara tukang dengan arsitek sehingga unsur materialitas cukup kuat pada setiap karya-karyanya.

Satu diantara material yang cukup menarik untuk dieksplorasi bagi Andy Rahman adalah bata. Eksplorasi bata terlihat sangat menonjol pada Omah Boto. Kecintaannya terhadap bata disebabkan oleh latar belakang tradisi yang sudah melekat pada budaya setempat dan karakteristik dari material tersebut yang cukup unik dan cocok untuk dieksplorasi pada arsitektur kontempotrer dengan tetap memunculkan sisi tradisionalnya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Rahman, A. (2016). Rumah Kost Keputih Jilid 2. Diakses pada tanggal 24 Januari 2022 pukul 22.00 WIB dari

http: ``//www.andyrahmanarchitect.com/projects/?pagelo`ad=detpro&idpro=89&nf=Various

Rahman, A. (2016). Masjid Anyam (Masjid Jami Nurul Amal Bekasi. Diakses pada tanggal 24 Januari 2022 pukul 22.20 WIB dari

http://www.andyrahmanarchitect.com/projects/?pageload=detpro&idpro =87&nf=Various

Antoniades, A. C. (1990). Poetics of Architecture : Theory of Design. New York City : Van Nostrand Reinhold.

Ekomadyo, A. S. (2018). Riset tentang Desain Arsitektur: Tinjauan Beberapa Pemikiran Teoretis dan Operasionalisasinya. Prosiding Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia 2018. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, November 2018.

Ekomadyo, A. S. (2019). Teori Desain Arsitektur. Bandung: ITB Press.

Hidayat, A. (2019). Nata Bata. Jakarta: Omah Library (RAW Press).

Lina, H. M., Kurniawati, I., Jahroh, A., Widiarto, M. F., & Ekomadyo, A. S. (2018). Eko Prawoto: Mengasuh Budaya dan Mencipta Puitisasi Arsitektur. Prosiding Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia 2018. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, November 2018.

https://temuilmiah.iplbi.or.id/eko-prawoto-mengasuh-budaya-dan-mencipta-puitisasi-arsitektur/

Medium (2018). Interior Kontekstual. Diakses pada tanggal 5 Mei 2019 pukul 13.06 WIB dari https: //medium.com/@hafizh_wahyu/interior-kontekstual-f55e07ffec89

Saputra, A. N., & Ekomadyo, A. S. (2017). Creativity Channels Arsitek Budi Pradono. Prosiding Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia 2017. Universitas Malikussaleh Lhoksemauwe, Oktober 2017 .

http://temuilmiah.iplbi.or.id/wpcontent/uploads/2017/12/IPLBI-2017-I-131-136-Analisis-Teori-Desain[1]Starchitect-melalui-Pendekatan-Creativity-Channels.pdf

Dzauqiah, V., Setiawan, A. F., Ramadhanti, A. R., Setiawan, D. T., & Ekomadyo, A. S. (2018). Glenn Murcutt: Maestro Harmonisasi Lingkungan pada Rancangan Arsitektur. Prosiding Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia 2018. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, November 2018.

https://temuilmiah.iplbi.or.id/glenn-murcutt-maestro-harmonisasi-lingkungan-pada-rancangan-arsitektur

Pangestu, R. D., Adelia, N. K., Az-Zahra, S. S., & Ekomadyo, A. S. (2019). Andy Rahman: Menggali Esensi Arsitektur Nusantara dan Ketukangan dalam Berkarya. B106–B112. https://doi.org/10.32315/ti.8.b106

 

 

 

LINK BLOG

 

Komentar